Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2009

[Economic for dummies] Kasus Singkong

Saya suka makan keripik singkong (yang nggorengnya dengan terlebih dulu ditenggelamkan ke dalam bumbu garam, bawang dan kunyit). Dua puluh tahun yang lalu, pas saya masih SD, harga singkong Rp. 100 per kilo. Kata mami-nya Nina (yang baru beli singkong tadi pagi pasar), sekarang harga singkong udah Rp. 1000 per kilo, ato naek 10x lipat. Dalam 20 taon, harga singkong udah naek 1000%. Lalu dengan otak ekonomi yang pas2an, saya coba analisa. Kalo misalnya 20 taon yang lalu saya punya uang Rp. 100, terus saya depositokan di bank, apa sekarang, 20 taon kemudian, uangnya masih bisa buat beli singkong 1 kilo? Logikanya sih ya bisa. Kan di bank dapet bunga... Tapi dengan asumsi suku bunga deposito 8% per tahun, ternyata uang Rp. 100 saya jadi... Rp. 466 dalam 20 tahun. Kalo dengan asumsi suku bunga 10%, dalam 20 taon uang saya "cuman" jadi Rp. 672. Cuman cukup beli daon-nya doang. Jadi, kalo uang kita taroh di Bank, nilainya semakin lama akan semakin susut. Kok bisa ya? Kalo kata oran

[Quantum Leap] The Interpreter

Knowing how to speak English is one thing, but interpreting English is completely different thing. So, there he goes. Leaping into a character called an "Interpreter". Last time I saw him, he was a lecturer with tons of office tasks during new coming semester. Preparing research proposal, preparing scholarship applications since he's so eager to take Ph. D this year, preparing subjects to be taught for next semester, involving in some campus activities to make sure that he can hit Key Performance Indicators (KPI) target as a lecturer. But then, last Saturday, the news came like brick hits his head. He was elected to interprete Pst. Steven Davis from Australia for the sunday service at Bethany Church, Malang. Why did they choose this-so-unexperienced-interpreter to interpret? The church has more experience-and-annointed-interpreters, but somehow they could not do the interpretation. One is sick and must be hospitalized, this-mom-would-be is pregnant for 5 months, and this-

My Black Shoes

Gambar
Saya punya sepasang sepatu hitam yang saya beli 8 tahun yang lalu (ya, it's been 8 years!). Harganya murah waktu saya beli... cuman 5 digit (which means less than 100K). Saya inget, waktu itu saya hampir lulus kuliah S1 dan nggak punya banyak duit untuk beli fancy ato branded shoes yang harganya 6 digit. Jadi ya... saya beli yang murah tapi bisa dipake untuk kerja resmi... Lalu jadilah sepatu hitam itu satu-satunya sepatu resmi saya - till... NOW! Iya, sampe sekarang saya masih pake sepatu hitam itu. Sepatu ini udah nggak sekeren 8 taon lalu ketika saya beli pertama kali. Lima tahun lalu, solnya harus diganti karena ada bagian yang robek hingga kaki saya bisa kemasukan kerikil ato air kalau saya jalan di jalan yang becek. Warna hitamnya sudah pudah di beberapa bagian. Tali sepatunya juga udah pernah putus. Yet, somehow sepatu itu tetap saya pake, dan saya nggak pengin beli ato ganti sepatu lain (beli sepatu kets iya, tapi nggak pernah ngganti sepatu resmi ini). Saya udah terlanju

It all started with...

Yay, first posting in 2009 will be grouped in a new category called "My Doctorate Journey"... (Geee... I'm sooo eager to have additional "Ph. D" after my name, so it'll be "Windra Swastika, Ph. D"... Cool, ah? After finishing "My Doctorate Journey", next category will be "The New Adventure of Chasing Professorship", haha2...) So, it all started with a dream (remember...? we all are ordinary people, and will stay ordinary until we encounter extraordinary dreams and the moment we step forward to achieve that dream, we're becoming extraordinary). I'm dreaming... of a white Christmas..., oh, sorry, it's over... I'm dreaming, that someday my mom and my future soulmate (whoever she is and probably with my children) attend my doctorate graduation ceremony (somewhere in Australia, USA or Japan), and when the dean calls my name to come forward to stage, my mom shouts "THAT'S MY BABY BOY...!!!" (Please deh,