Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Catatan akhir tahun

Gambar
Tahun 2012, tahun ke-2 saya di Jepang. Ada banyak (sekali) kejadian penting yang terjadi di tahun 2012 ini. Bulan September, the first Swastika family was born in Japan. Saya resmi menjadi seorang papa untuk Hideaki Joshua Swastika. Senang dan sangat sangat bersyukur karena itu artinya Tuhan mempercayai kami untuk merawat dan membesarkan Hideaki. Tuhan tentu bisa menaruh "Hideaki" di rahim siapapun yang Dia mau. Tapi dalam kedaulatanNya, Dia memilih kami untuk merawat dan membesarkan Hideaki. Suatu ketika, ibu gembala gereja lokal kami mengatakan ke saya, "...punya anak itu anugerah Tuhan. Walaupun berusaha, kalau memang belum waktuNya, ya nggak jadi." Saya setuju. Semoga kami yang sudah diberi anugerah ini, bisa senantiasa berhikmat dan punya kekuatan untuk merawat dan membesarkan Hideaki. Amin. Anyway, seperti kata istri saya bahwa masa kecil Hideaki hanya terjadi sekali, setiap hari (sejak hari pertama kelahiran Hideaki) saya (atau istri saya) selalu mengambil

Sekilas Korea

Gambar
Kemarin saya (dan dua rekan lab) tiba di Seoul, Korea - untuk pertama kalinya. Tujuan kami untuk mengikuti conference IFMIA di mana kami akan mempresentasikan hasil penelitian kami. Pengalaman buta-aksara kembali terulang, seperti saat pertama kali saya tiba di Jepang. Saya baru sadar, bahwa pengetahuan akan karakter Hangeul saya NOL BESAR. Tidak ada satu karakter-pun yang berhasil saya decode. Saya kira, negara2 Asia Timur seperti Jepang, Korea, Mongol, atau China, bisa bangga karena mereka punya karakter khusus dalam bahasanya. Mereka yg bisa membaca dalam alfabet mendadak buta huruf ketika berhadapan dengan karakter-karakter tersebut. Saya berandai-andai, kalau saja aksara jawa atau huruf palawa menjadi karakter sebagai identitas bahasa Indonesia... Ah, never mind. Karena saya berangkat dengan dua rekan lab - yang adalah Japanese -, maka saya ngikut aja rencana mereka. Jarak dari Incheon Airport ke hotel, cukup jauh. 140Km yang bisa ditempuh dengan bus atau kereta. Mereka sepak

Logika negara pemberi beasiswa

Setiap tahun, Pemerintah Jepang memberikan beasiswa kepada pelajar Indonesia yang disebut beasiswa Monbukagakushou (atau biasa disingkat monbushou). Inti dari beasiswa ini adalah memberikan kesempatan kepada pelajar-pelajar terbaik di seluruh Indonesia untuk kuliah di Jepang dengan dana sepenuhnya dari pemerintah Jepang. Sebagian besar alokasi beasiswa adalah untuk pelajar lulusan SMA yang akan lanjut studi diploma atau S1 di Jepang (sekitar 30 pelajar). Berapa beasiswa (atau uang) yang didapatkan? Biaya hidup diberikan kurang lebih 15jt tiap bulan yang diberikan sampai penerima beasiswa lulus (kurang lebih selama 4 tahun atau 60 bulan) atau total Rp. 900jt. Ditambah biaya masuk dan SPP selama studi, yg kurang lebih total 240jt. Jd untuk seorang penerima beasiswa, pemerintah Jepang harus menyediakan dana lebih dari 1M! Itu berlaku untuk 1 individu. Jika ada 30 pelajar yg mendapatkan beasiswa, maka Rp. 30M (atau 3jt dolar US) harus disiapkan oleh pemerintah Jepang! Bagaimana logika

Kindle di Jepang

Gambar
Menurut saya, the best book reader device in the world adalah Amazon Kindle . Jenis Kindle yang saya punya adalah Kindle Keyboard 3G+WiFi - yang bisa mengunduh ebook di Amazon dan dikirim langsung ke device selama ada koneksi WiFi. Teknologi e-ink (elektronic ink) membuat kualitas display di Kindle persis sama seperti kualitas cetak di buku atau koran. Nggak bikin lelah saat baca dan nggak tetap readable walo baca di bawah terik matahari (emang ngapain baca buku di bawah terik matahari?). Bandingkan dengan iPad ato iPhone yang menggunakan LED untuk display-nya. Bulan Oktober lalu, Kindle Family resmi masuk Jepang. Satu ebook reader, yaitu Kindle Paperwhite tanpa wifi yang dibandrol 7,980 yen (atau kurang dari 1jt), sementara untuk yang ber-wifi harganya 12,980 yen (1.5jt). Dua tablet juga dirilis untuk pasar Jepang bulan Oktober lalu, Kindle Fire HD (19,800 yen) dan Kindle Fire. Kindle Paperwhite Di Indonesia, Kindle masih belum masuk. Saya bisa paham, karena statis

Mengurus Visa Korea di Jepang

Minggu ini, saya akan ke Korea (selatan) untuk presentasi poster di IFMIA (International Forum on Medical Imaging in Asia), tepatnya di Daejeon. Bagi warga negara Jepang, pergi ke Korea tidak memerlukan visa karena ada kerja sama bilateral. Sama seperti WNI yang pergi ke negara-negara ASEAN. Awalnya saya pikir saya juga nggak perlu visa untuk ke Korea. Beberapa forum menyebutkan bahwa WNI bisa masuk ke Korea TANPA perlu visa. Namun itu hanya berlaku untuk pemegang passport biru (passport dinas). Sementara untuk rakyat biasa (seperti saya), visa Korea mutlak diperlukan untuk bisa masuk ke Korea. Minggu lalu, saya mengurus visa Korea. Situasinya agak unik karena saya warga negara Indonesia, tinggal di Jepang dan mengurus visa untuk pergi Korea. Pengurusannya ternyata sederhana - tidak serumit ketika mengurus visa ke Amerika dulu. Cukup mengunduh formulir aplikasi visa di sini , isi dan bawa ke Embassy of South Korea di Tokyo. Biaya pembuatan visa sebesar 2400 yen dan jadi dalam wakt

Hectic month of the year

Bulan September kemarin adalah bulan yang hectic. Ada banyak hal yang harus diselesaikan - dan semuanya pertama kali saya lakukan. Nggak ada pengalaman sebelumnya. Pertama, kami harus pindah dari asrama ke private apartment. Ada batas maksimum untuk dapat tinggal di asrama bagi mahasiswa internasional. Untuk kami, bulan September adalah bulan terakhir untuk bisa tinggal di asrama. Jadi kami harus mencari apartemen. Mencari dan menyewa apartemen di Jepang, nggak semudah mencari kos-kos-an di Indonesia yang hari ini ketemu ma ibu kos-nya, negosiasi dan hari itu juga bisa langsung masuk dengan modal KTP.  Di Jepang, menyewa apartemen ribetnya kayak beli rumah. Identitas harus jelas, mesti ada penjamin, mesti meng-asuransi-kan apartemen dari bencana alam, tanda tangan kontrak dengan berbagai macam aturan... ribet. Fakta bahwa kami adalah orang asing, sedikit banyak menambah faktor kesulitan dalam mendapatkan apartemen. Dari sekian banyak apartemen yang kami kunjungi, kami akhirnya memutu

Pengurusan dokumen melahirkan di Jepang

[Catatan pribadi berkenaan dengan dokumen-dokumen setelah melahirkan di Jepang] Sebenarnya prosedurnya nggak terlalu rumit kalau sudah tahu prosedurnya. Semua prosedur sudah tercatat dengan jelas. Hanya saja seringkali bahasa menjadi kendala. Berikut adalah catatan pengurusan dokumen kelahiran anak di Jepang (based on true story). Ketika bayi dari orang tua berwarga negara Indonesia lahir di Jepang, maka passport, visa dan KTP Jepang mutlak diperlukan. Apa bisa bayi bisa memiliki passport? Bisa dan memang wajib memiliki jika bayi tersebut tinggal di luar negeri. Prosedur untuk mengurus passport adalah: Terlebih dulu melaporkan kelahiran di kantor kota (区役所/kuyakusho) atau kantor kecamatan (市役所/shiyakusho) paling lambat 14 hari sesudah kelahiran anak. Tentunya nggak bisa ujug-ujug datang dan bilang bahwa anak sudah lahir. Laporan kelahiran membutuhkan dokumen yang disebut Surat keterangan lahir (出生届/shusei todoke) yang diberikan oleh rumah sakit atau klinik di mana anak lahir.

Takjub!

Gambar
4 September 2012 05.30 Pagi itu, kami bangun pagi sekali. Buru-buru menelepon taksi untuk pergi ke klinik. Ketuban sudah pecah, airnya membasahi celana dan baju tidur yang dipakai istri saya. Jarak dari tempat tinggal kami ke klinik hanya 5 menit naik taksi. 3 September 2012, hari H-1 21.30 Sebenarnya tidak ada tanda-tanda akan melahirkan. Sama sekali. Tapi toh, setelah selesai makan malam saya tetap mengatakan ke istri apa yg saya rasakan selama ini. "Besok lahir...", kata saya pendek. Istri cuman senyum, antara yakin dan kurang yakin. "Besok ato kalo nggak ya lusa...", kata saya lagi. 4 September 2012 08.00 Di ruang bersalin itu, ada sebuah tempat tidur yang memang didesain untuk persiapan melahirkan. Di samping2nya ada tempat untuk meletakkan telapak kaki, yang dapat memudahkan untuk dijejak saat mengejan. Tuas di samping2nya juga bisa disetel agar pas dengan jangkauan kedua tangan dan bisa digenggam ketika kontraksi terjadi. Saya berada di ruang

Mana yang dipriotaskan? Keluarga atau karir?

Gambar
Saya menuliskan sebuah kalimat di salah satu posting tanggal 3 Juli bulan lalu, 'Ohana means family, family means nobody gets left behind. Or forgotten.' Quote yang saya ambil dari film Lilo and Stitch, film produksi Disney sepuluh tahun yang lalu, yang somehow, quotenya masih saya ingat sampai sekarang. Kalo para ayah diberikan pertanyaan "Mana yang dipriotaskan? Keluarga atau karir?", saya yakin sembilan dari sepuluh ayah yang normal pasti akan menjawab, "Keluarga saya lebih penting ketimbang karir..." Soal yang tentu terlalu gampang bagi para ayah.  Menjawab berbeda dengan praktek. Dua minggu lalu, waktu saya dan istri ke dokter untuk mengontrol kandungan yang masuk di minggu ke-33 (atau bulan ke-8), dokter mengatakan bahwa bayi kami sehat dan semua normal. Puji Tuhan. Senang mendengar apa yg disampaikan oleh dokter itu. Namun  hal yg dikhawatirkan oleh dokter yang nggak mau berbicara pake Inggris itu adalah cervix insufficiency istri yang be

Repotnya sesi "journal reading presentation"

[Menulis posting tentang research nggak pernah bisa pendek. Posting ini termasuk posting yang akan butuh waktu untuk membacanya.] Di lab, ada sesi yang disebut dengan 雑誌会 (zasshi kai). Saya mengistilahkan dengan " Journal Reading Presentation" yang mana tidak ada seorangpun di lab yang mengistilahkan seperti itu, selain saya (ya, suka2 saya ngasih nama). Setiap semester, anggota lab (entah mahasiswa doktor, magister atau bachelor) diminta untuk memilih sebuah jurnal kemudian mempresentasikan isi jurnal tersebut di depan pak profesor dan anggota lab lainnya.  Setelah presentasi, seperti biasa, ada sesi tanya jawab. Jadi menarik karena yang dipresentasikan adalah jurnal. Bukan sekedar paper di prosiding. Di bidang akademik, jurnal berisi tentang publikasi penelitian terbaru yang telah selesai dilakukan oleh seorang atau sekelompok ilmuwan. Sedangkan paper di prosiding biasanya hanya menuliskan sebagian kecil dari hasil penelitian besar. Mahasiswa S1 (atau bahkan S2) sering

'Ohana means family (2nd year)

Gambar
'Ohana means family, family means nobody gets left behind. Or forgotten. (Lilo and Sticth, 2002) We've been married for two years dan dalam dua tahun ini saya sedang dalam perjalanan untuk mendapatkan dua gelar Ph. D. Iya, dua. Gelar Ph. D yang pertama adalah Doctor of Philosophy. Ph. D yang ini butuh kerja keras. Setiap hari mesti belajar, belajar dan belajar. Saya enjoy karena setiap hari selalu bisa mendapatkan hal-hal baru.  Kelak, dari apa yang telah saya kerjakan hari ini, akan ada saintis lain yang memanfaatkan untuk bidang penelitian yang lebih besar dan lebih berdampak. So exciting. Normalnya dalam 3 tahun saya akan bisa mendapatkan gelar Ph. D dari institusi di mana saya belajar saat ini, Chiba University. Gelar Ph. D yang kedua lebih sulit didapat. Berapa lama saya bisa dapat gelar Ph. D yang kedua ini? Nggak tau. Mungkin seumur hidup nggak akan bisa. Nggak ada buku teks yang bisa saya pelajari. Nggak ada satupun  institusi yang berani memberi gelar Ph. D yang s

Nge-lab di Jepang, seperti apa?

* Posting ini ditujukan  khususnya   bagi  mereka yang berencana melanjutkan studi lanjut (Master atau Doctor) di Jepang. * Waktu saya dinyatakan diterima di Lab RCFME (Research center for frontier medical engineering), Chiba University tahun 2010 lalu, sejujurnya saya tidak punya bayangan bagaimana keadaan yang akan saya alami di sana. Hanya bisa menebak2... Sampai saya mengalami sendiri. Tidak seperti di Indonesia, di Jepang setiap graduate student (entah master atau doctor student) pasti akan tergabung dalam sebuah lab yang dikelola oleh seorang profesor (atau associate professor). Di lab inilah, penelitian dikerjakan. Si mahasiswa setiap hari datang ke lab seperti halnya pegawai yang harus datang di jam kerja. Tapi di Jepang, di mana mental kerja keras benar-benar dihargai, jadwal nge-lab mahasiswa bisa dari jam 9 pagi sampai jam 10 malam. Menginap di lab juga bukan hal yang luar biasa. Lab akan menjadi rumah pertama (bukan lagi rumah kedua) bagi si mahasiswa. "Aturan&qu

Teologi Kemakmuran, pro? kontra?

# Personal opinion about Christian Theology called "Prosperity Theology". Sejak tahun 1950an, teologi kemakmuran telah menjadi perdebatan (dan perpecahan) di kalangan umat Kristen. Mereka yang pro mengklaim bahwa Allah menginginkan umatnya hidup berkelimpahan, tidak hanya secara rohani tapi juga secara jiwani dan jasmani. Artinya Allah menghendaki kemakmuran secara penuh. Let's make it straight forward: financial blessing is the will of God for Christians. Tentu saja, klaim Teologi kemakmuran dapat dikonfrontasi dengan Alkitab. Seperti di Mal 3:10 yang memberikan pernyataan bahwa Allah akan mencurahkan berkat untuk umatNya yang membawa persembahan perpuluhan ke rumah Tuhan, Yoh 10:10, yang menuliskan tentang bahwa Yesus  datang agar umatNya dapat memperoleh hidup dalam kelimpahan, 3Yoh 2 yang merupakan doa agar umat Tuhan mengalami kebaikan dalam segala sesuatu, termasuk dalam jiwa. Juga fakta bahwa tokoh-tokoh iman  seperti Abraham, Ishak dan Yakub merupakan orang-or

Internet dan pekerjaan yang manusiawi (Part 1)

Episode: Pipi dan Pipa Menurut saya, pekerjaan yang manusiawi adalah pekerjaan yang nggak mengeksplotasi manusia. Mengeksplotasi maksudnya memeras tenaga (atau uang) orang lain demi menguntungkan segelintir pihak. Pihak yang diuntungkan bisa individu, bisa juga perusahaan. Saya ingat dulu pernah diprospek MLM oleh teman yang bergabung di N*21, salah satu MLM terbesar dengan inisial A*W*. Saat mem-prospek, teman saya ngasih suatu cerita yang sampe sekarang saya ingat. Kurang lebih begini ceritanya. Alkisah, jaman dahulu kala di sebuah desa tersebutlah dua orang bernama Pipi dan Pipa. Suatu ketika, desa tersebut mengalami kekeringan sehingga seluruh desa membutuhkan air. Air bisa didapat di sumber mata air yang jaraknya dari desa tersebut cukup jauh. Setelah berembug, kepala desa menyerahkan tender pengadaan air untuk seluruh warga desa ini kepada Pipi dan Pipa. Pipi segera mengambil tender ini, dengan membeli dua buah timba besar dan membangun bak penampung air. Pagi-pagi benar, P

Buku belajar kanji berbahasa Inggris

Gambar
Yay, buku pertama saya yang bisa terbit secara internasional. Dirilis di Amazon.com, dan link-nya ada di:  http://www.amazon.com/dp/B00856D3LE . (Klik di www.belajarkanji.com untuk versi dalam Bahasa Indonesia.) Topiknya tentang metode belajar Kanji yang selama ini saya gunakan. Sejauh ini, saya merasa metode ini cukup efektif membantu saya memahami (dan membaca) Kanji dalam waktu yang relatif singkat. Caranya adalah dengan fokus pada Kanji yang paling sering muncul pada artikel di koran, majalah atau Internet. Jadi prosesnya, pertama dari ratusan artikel yang ada (dari berbagai bidang, mulai politik, ekonomi, olahraga, dan sastra), frekuensi kemunculan dari masing-masing Kanji pada artikel itu dihitung. Setelah dapat setiap frekuensinya, Kanji diurutkan dari yang paling sering muncul sampai yang paling jarang muncul. Dari sini, akan didapatkan daftar Kanji berdasarkan frekuensi kemunculan. Sebagai contoh, sepuluh Kanji yang paling sering muncul adalah 日、一、国、十、大、会、人、年、二、dan

[Movie] The Raid Redemption vs. Soegija

Gambar
Ini tentang film. Saya suka nonton film. Tapi sangat pilih2. Banget. Suka sebel kalo menghabiskan waktu 1.5-2jam nonton film, tapi ternyata film-nya gak bermutu, gak menginspirasi, ato gak jelas. The Raid Redemption adalah salah satu film Indonesia yang beberapa pekan terakhir ini ditayangkan di Amerika. Memenangi beberapa awards international sebagai film terbaik. Film-nya "bagus". Tapi saya sangat NGGAK rekomendasikan untuk ditonton anak-anak ato cewek. Nggak sama sekali. Terlalu sadis dan vulgar. Ceritanya tentang penyerbuan tim khusus ke sebuah apartemen yang di dalamnya ada puluhan penjahat beringas yang dipimpin oleh seorang gembong narkoba sadis. Kisahnya jadi menegangkan karena satu per satu anggota tim khusus ini dibantai oleh penjahat-penjahat di dalam apartemen itu. Bagaimana perjuangan beberapa gelintir anggota tim khusus yang masih tersisa untuk bertahan hidup (atau malah sampe berhasil mengalahkan semua penjahat dalam apartemen) itu yang mungkin menjadikan f

Rektor "Jaim" (Tentang Jaga Image)

Bukan... Saya nggak lagi nggosip tentang rektor universitas X yang ini itu. Ini tentang kutipan yang sangat menginspirasi dari twitter Frater Aris (@arismsc), seorang Frater dari Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC) yang ditugaskan di Nagoya, Jepang. Punya mobil di Jepang bukanlah hal yg terlalu muluk dan mewah. Kecuali jika mobil itu Ferrari #JagaImage Misalnya, kepala sekolah di TK sebelah rumah kami di sini mengendarai mobil Subaru sekelas Innova keluaran terbaru #JagaImage Atau, ibu yang membantu menyiapkan hidangan untuk kami mengendarai Toyota Harrier (versi lama) #JagaImage Karena itu, saya heran melihat Rektor Universitas kami setiap hari mengendarai sepeda ke kampus #JagaImage Tidak mampu beli mobil? Bukan alasan. Kepala Sekolah TK saja punya mobil kinclong. Ibu yg masak utk kami punya Harrier tua #JagaIMage Alasannya apa? Ini: "Jika terjadi kecelakaan yg melibatkan saya, nama universitas akan tercemar dengan sendirinya". #JagaImage Utk kepentingan ribuan mahasi

Extraordinary friend (1)

Kalo suatu hari saya mau balik ke Indo karena kangen dengan suasana Indo, wajar banget kalo ada temen di sini yang bilang, "eh, kalo balik Jepang jangan lupa oleh2nya ya!". Saya nganggep itu hal yang biasa. Wajar juga kalo ada yang nitip sesuatu... Misalnya nitip Indomie ato bumbu masakan Indonesia yang memang jarang ditemui di Jepang. Wajar. Nggak ada yang salah dengan hal itu. Tapi, temen yang satu ini nggak begitu. Si A, bulan depan mau balik ke negara asalnya, untuk beberapa bulan. "Eh, kamu mau balik ya?" tanyanya. "Iya, tanggal xx bulan depan..." Jawab A. "Udah beli oleh2, buat keluarga?" "Udah... Kapan hari udah mulai nyicil beli oleh2." Jawab A "Ooo... Minggu depan, ya aku bawakan oleh2..." "..." Minggu depannya, temen itu bawa oleh2 buat si A. Satu tas penuh. Dia bilang, "Ini oleh2 buat keluarga ya... Moga2 keluarga suka." Isinya memang oleh2. Si A yang mau balik, bukannya ditagih ol

Hal-hal unik di Jepang (3)

Posting " Hal-hal unik di Jepang (1) " dan " Hal-hal unik di Jepang (2) ", di luar dugaan saya, sangat, sangat populer. Lebih dari 300 total hits dalam sebulan! Here we go, the 3rd trilogy of "Hal-hal unik di Jepang". Anjing adalah hewan peliharaan yang tidak boleh dibiarkan berkeliaran. Setiap pagi, sore atau malam, sang majikan akan mengantar anjingnya untuk berjalan-jalan. Uniknya, ketika si anjing buang kotoran, sang majikan akan segera MENGAMBIL kotoran2 itu dan memasukkan ke dalam plastik yang sudah disiapkan. Iya, betul... Pemilik anjing di Jepang TIDAK membiarkan kotoran anjingnya tercecer di jalan.  Sampai di level itulah taraf mereka menjaga kebersihan lingkungannya. Saya kira di Indonesia, pemilik anjing malah senang kalau anjing peliharaannya buang kotoran di jalan instead of di rumahnya sendiri. Di toko swalayan (baik yang besar maupun kecil) tidak ada tempat penitipan barang seperti halnya di Indonesia. Pengunjung bebas membawa tasnya mas

Amazon Kindle dan garansinya

Gambar
Sejak dibeli bulan Desember lalu, saya masih nggak bisa lepas dengan produk ini, Amazon Kindle Keyboard 3G . Fungsi utamanya sebenernya untuk baca buku. Apa bedanya ma aplikasi ebook reader di smartphone? Beda... Kindle ini pake teknologi e-ink (tinta elektronik) yang displaynya nggak bikin mata gampang capek. Beda dengan aplikasi ebook reader yang di smartphone (kayak iPhone, iPad ato smartphone lain) yang memancarkan cahaya (layar LCD)... Mata akan gampang capek kalo dibuat baca buku (gimana nggak capek, kalo mata terus2an diadu dengan pendaran cahaya yang keluar dari layarnya). Kalo baca buku di Kindle mah, serasa kayak baca buku cetak, plus ukuran font, paragraf, ketebalan bisa diganti-ganti... - bonus lain dari Kindle ini, ada pemutar MP3, browser untuk internet-an, dan...text-to-voice feature! (* iya, saya sedang promosi Amazon Kindle *) Kindle saya isinya macem2 ebook - mulai jurnal-jurnal yang berhubungan dengan penelitian, buku pengembangan diri, buku untuk belajar Bahasa

Hal-hal unik di Jepang (2)

Hal-hal biasa bagi orang Jepang atau yang sudah lama tinggal di Jepang. Tapi tetap saja menjadi hal yang tidak biasa bagi saya - setidaknya sampai saat ini. Rata-rata harga sebuah apel di supermarket adalah 10rb rupiah (iya, satu biji bukan satu kilo). Harga apel yang di bawah 10rb kemungkinan adalah apel yang memiliki cacat, kotor atau bentuknya kurang baik. Pembelian apel (atau buah lain seperti jeruk, apokat, atau mangga) BUKAN dalam satuan kilogram  seperti  halnya di Indonesia, melainkan dijual per buah. Harganya juga dalam kisaran 10rb rupiah per buah. Kebanyakan pengisian tanggal pada dokumen resmi menggunakan penanggalan berdasarkan pemerintahan kaisar. Setiap kaisar baru yang memerintah, maka tahun akan direset menjadi 1. Tahun 2012 adalah tahun Heisei 24, yang berarti kaisar saat ini (Kaisar Akihito) telah menjadi kaisar selama 24 tahun.  Kaisar di Jepang tidak menentukan kebijakan ataupun menjalankan roda pemerintahan. Kaisar dihormati sebagai figur pemersatu Bangsa Jepa

Hal-hal unik di Jepang (1)

Ini tentang hal-hal unik di Jepang menurut ukuran saya. Saya cukup yakin, bagi orang Jepang sendiri (atau mereka yang sudah lama tinggal di Jepang), hal2 ini adalah hal yang biasa. Kendaraan utama mahasiswa adalah sepeda, bukan sepeda motor, bukan pula mobil. Walaupun di Indonesia sepeda motor Jepang sangat terkenal dan dipakai sebagian besar mahasiswa, ternyata di Jepang, para mahasiswa malah menggunakan sepeda atau berjalan kaki. Adalah sangat tidak biasa apabila seorang mahasiswa ke kampus dengan mengendarai kendaraan bermotor (apalagi mobil). Saya kira pemerintah Jepang telah menganalisa dengan hati-hati tentang dampak penggunaan kendaraan bermotor dari sisi polusi, resiko kecelakaan dan konsumsi BBM. Kendaraan bermotor Jepang pun akhirnya hanya dijadikan komoditas di negara-negara berkembang ketimbang di Jepang sendiri. TIDAK ADA sama sekali iklan rokok di televisi, di jalan-jalan ataupun sebagai sponsor kegiatan. Rokok hanya untuk mereka yang berusia 17 tahun ke atas dan HANYA

Berapa harga ketenangan?

Ketenangan itu mahal. Setidaknya itu yang saya pelajari minggu lalu. Dua minggu lalu, saya baru selesai memperbaiki sebuah hitungan di research saya (tentang gerakan diafragma). Analisa menggunakan metode terdahulu, ternyata memiliki margin kesalahan yang cukup signifikan. Artinya, ketika gerakan diafragma dimodelkan dengan menggunakan metode yang lama tersebut, beberapa titik dapat meleset sampai 12mm - yang mana cukup berbahaya ketika diterapkan untuk aplikasi klinis seperti radioterapi pada tumor. Sebuah paper memberikan ide bahwa pemodelan yang lebih baik dapat dilakukan dengan metode "tensor-based decomposition". Paper ini tidak secara eksplisit menuliskan bahwa metode ini juga dapat diterapkan untuk memodelkan gerakan (diafragma). Tapi, namanya juga research. Semuanya masih meraba-raba. Kalo sudah pasti hasilnya, bukan lagi disebut research, tapi sains. Hasilnya menggembirakan. Margin kesalahan dari model gerakan diafragma menggunakan metode yang baru ini dapat