Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Seni mempertahankan pegawai

Gambar
Semua yang saya tulis ini sebenarnya teoritis dan imajiner. Saya nggak punya perusahaan dan nggak punya pegawai... Jadi ya... (disclaimer section) bisa jadi saya salah. Bisa jadi nggak pas. Bisa jadi keliatan sok keminter padahal nggak tau apa-apa... bisa jadi muncul komentar, "nggak semudah itu...". Anyway, di suatu perusahaan dengan jumlah pegawai lebih dari 50, pasti berlaku yang namanya sebaran normal Gaussian. image credit: http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/hbase/math/immath/gauds.gif Ada pegawai yang kinerjanya sangat excellent, ada pegawai yang kinerjanya biasa saja (sekedar menjalankan tugas yang diberikan), ada pegawai yang kerjanya hanya menggerutu kalo diberi kerjaan. Kurva sebaran normal kualitas pegawai ini berlaku... Artinya jumlah pegawai dengan kinerja biasa saja akan menduduki persentase tertinggi - sedangkan pegawai yang ekstrem (punya kinerja excellent atau kinerja yang buruk) ada di sisi kiri dan kanan (jumlahnya lebih sedikit daripada pegawai

Seminar Third Culture Kids

Third Culture Kids - istilah yang baru pertama kali saya dengar 1 bulan terakhir. Yang dimaksud dengan TCK adalah anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan budaya yang berbeda dengan budaya asli orang tuanya. Contoh konkritnya adalah anak yang memiliki orang tua Indonesia, lalu anak tersebut tumbuh di luar negeri (semisal Jepang). Anak-anak yang demikian akan membentuk budaya baru yang mengadopsi sebagian budaya orang tua dan sebagian lagi budaya di mana dia tumbuh. Budaya baru yang terbentuk inilah yang disebut dengan Third Culture (budaya ketiga). Si anak yang memiliki third culture ini disebut TCK. Hari minggu kemarin, gereja kami mengadakan seminar tentang Third Culture Kids (TCK). Tujuannya tentu agar para orang tua (yang sebagian besar adalah orang Indonesia yang tinggal di Jepang dan memiliki anak yang sekolah dan (akan/sedang) menyerap budaya Jepang) dapat paham tentang kebutuhan khusus dari anak mereka. Seminar ini menarik karena pembicaranya adalah ibu gembala kami -

Bayi dan prosedur rumah sakit

Saya sebenarnya bukan tipe orang yang suka komentar panjang lebar terhadap suatu berita. Tapi berita yang satu ini menarik perhatian saya. Di Kompas.com kemarin ada berita bertajuk, " Ditolak di RS, Bayi Ini Meninggal di Depan Loket ". Kejadiannya di Sulawesi Selatan. Kronologisnya, si bayi (usia 2 bulan) yang sedang sakit, dibawa ke puskesmas oleh orang tuanya. Puskesmas merujuk ke rumah sakit agar si bayi bisa ditangani di sana. Namun ketika sampai rumah sakit, pihak rumah sakit menjalankan prosedur pelayanan untuk warga miskin, yaitu menyerahkan KTP, surat rujukan dari puskesma serta meminta surat keterangan lahir. Karena tidak membawa surat keterangan lahir, sang ayah meminta agar bayi dapat dilayani terlebih dulu. Saat sang ayah berdebat dengan pegawai di loket rumah sakit agar bayi dapat ditangani lebih dulu, bayi dalam gendongan ibunya itu meninggal. Miris dengar beritanya. Apalagi saya juga punya seorang anak yang masih bayi. Saya masih belum ingin berkomentar pa

[Exploit Internet] Publish apps di App Store

Gambar
Setelah beberapa bulan bermain-main dengan publish Android app di Google Play, kemarin saya coba untuk publish aplikasi yang katanya lebih elit, yaitu iOS app di Apple store. Publish aplikasinya ternyata ribet banget. Pain in the ass, kalo kata orang sana. Untuk app store saya udah punya akun developer-nya. Bulan lalu daftar. Lumayan mahal, $99 per tahun - dibandingkan dengan akun developer di Google Play yang "cuma" $25 per tahun. Aplikasi untuk iOS dibuat menggunakan Xcode yang cuman bisa running di komputer Mac. Nggak bisa running di Windows dan nggak ada emulator yang bisa njalankan Xcode di Windows. Mau nggak mau, untuk jadi developer aplikasi iOS, memang mutlak harus punya komputer Mac. Jadi ceritanya, kemarin aplikasinya udah tested di simulator. Running smooth. Lalu saatnya publish di app store. Untuk publish di app store, ada beberapa keruwetan yang harus dibereskan. Ruwet karena memang saya belum paham benar prosedur untuk publish app di App Store. Keruw

Kunjungan singkat di Indonesia

Dua minggu lalu, saya berkunjung ke Indonesia. Singkat. Hari Kamis (10 Okt) tiba siang hari di Juanda, dan hari Minggu pagi (13 Okt) dijemput travel dari rumah menuju Juanda. Kunjungan ini mendadak. Direncanakan 2 minggu sebelum hari keberangkatan. Nggak ada bagasi, nggak ada barang bawaan, dan bawa oleh2 juga secukupnya. Saya bahkan nggak bawa baju ganti. Mohon maaf untuk rekan-rekan yang nggak sempat saya kunjungi ato nggak kebagian oleh2. Ketika tiba di Juanda, saya merasakan benar beda bandara internasional Haneda dan bandara internasional Juanda - atau tepatnya merasakan perbedaan karakter orang-orangnya. Untuk keluar dari gate di Juanda, saya (istri dan anak) harus bersabar dengan orang-orang yang dengan perasaan tanpa dosa menerombol antrian yang panjang. Saya merasakan harga barang jauh lebih mahal ketimbang saat 3 tahun lalu saya meninggalkan Indonesia. Mungkin yang tinggal di Indonesia nggak terlalu merasakan kenaikan yang signifikan (karena naiknya dikit-dikit). Harg

BBM yang heboh

BBM for Android dan iOS bener2 heboh. Yang punya Android ato iPhone segera buru2 download aplikasinya, biar bisa selalu terhubung (katanya)... padahal slogan BBM yang paling pas menurut saya "mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat"... Saya sendiri di Jepang bukan pengguna smartphone. Seriously. Hape saya (dan hape istri) di Jepang adalah hape flip yang (cuma) bisa dipake untuk telepon dan sms. Belum ganti sejak pertama kami tiba di Jepang 3 tahun yang lalu. Kemungkinan, saya satu di antara sedikit mahasiswa (atau jangan2 satu2nya) yang masih menggunakan teknologi SMS untuk berkirim pesan (dengan panjang pesan maksimum 160 karakter). Seorang rekan lab pernah komplain ke saya kenapa dia selalu nggak pernah berhasil kalo mengirim pesan yang panjang ke nomor saya... Ya, karena hape saya cmn bisa nerima pesan dalam bentuk SMS. Jadi kalo mau kirim pesan ke saya ya jangan panjang2. Ada waktu2 ketika hape saya ketinggalan di rumah. Dan saya juga terlalu malas untuk pul

Happy Bday, Hide-kun (one year journey)

Jadi, dari ribuan tahun peradaban manusia, kemungkinan dari sinilah asal muasal ucapan selamat ulang tahun... Dari sekian ratus juta sel sperma, ia satu-satunya yang berhasil menembus sel telur lalu membuahinya. Reaksi kimia yang kompleks terjadi, membentuk serangkaian DNA yang belum pernah ada sepanjang sejarah manusia - dan tidak akan pernah ada lagi. Seorang pribadi sedang dibentuk di rahim seorang ibu. Dari rahim itu pula, supply makanan diberikan lewat plasenta - selama 9 bulan... tidak satupun teknologi kedokteran buatan manusia yang dapat memberikan life support untuk nyawa manusia secanggih sistem di rahim seorang ibu yang memberikan life support untuk anaknya. Terlahir dan mulai menghirup udara. Merasakan suhu yang berubah-ubah. Mendengar suara. Melihat objek di sekelilingnya. Makanan mulai masuk lewat mulut dan mengalami metabolisme. Satu bulan dilewati. Dua bulan, tiga bulan... Hingga satu tahun. Setelah satu tahun ada di dunia ini - dengan sehat, tentu itu sesuatu y

Kangen kelas

Untuk pertama kalinya sejak saya studi di Jepang 3 tahun lalu, saya ingin segera menyelesaikan studi. Selama ini, saya menikmati bisa studi di Jepang. Menikmati segala fasilitas lab yang serba terbaru, internet yang super cepat 24 jam sehari 7 hari seminggu, bisa mengikuti conference lokal dan internasional dengan segala akumodasi ditanggung lab, menikmati lingkungan di Jepang yang serba bersih, tertib, teratur, transportasi yang nyaman, orang-orang yang sopan... This is just awesome!  Tapi Indonesian will always be an Indonesian. I might call Japan as my second home, tapi tanah airku tetap Indonesia (dan Dangdut is the music of my country).  Saya kangen Indonesia.  Kangen dengan suasana kelas.  Kangen jadi dosen (lagi). Kangen mengajar. Kangen bikin soal yang unik untuk kuis.  Kangen ngasi tantangan untuk anak-anak. Kangen jadi mentor untuk anak-anak saya.

Tentang MLM Talk Fusion

Iya, kali ini nggak pake sensor atau wildcard untuk menutupi nama MLM-nya. Beberapa bulan lalu, saya ditawari MLM yang bernama Talk Fusion oleh rekan mahasiswa. Beberapa bulan berikutnya, rekan di Indonesia juga menawari produk ini - dengan message saya di FB. Saya waktu itu hanya membalas bahwa saya tidak punya cukup waktu untuk menjalankan MLM. Rekan tersebut lalu secara gencar mengirim email (spam) ke inbox saya yang menjelaskan tentang sistem dan produk MLM Talk Fusion - yang akhirnya email beliau saya filter sebagai spam. Ada kemungkinan, posisi saya yang di Jepang dipandang sebagai hal yang menguntungkan untuk membuka lahan baru memasarkan MLM. Pasar Jepang pasti besaaarrr... (begitu mungkin yang dipikirkan oleh pemrospek MLM terhadap saya). Hampir tiga tahun di Jepang, TIDAK sekalipun saya mendengar tentang bisnis MLM - dan juga tidak pernah ada yang menawari (kecuali rekan dari Indonesia). Dugaan saya, bisnis MLM hanya bisa berkembang dengan pesat di negara yang penduduknya

Tahun ke-3 kuliah di Jepang

Tahun ke-3 di Jepang. Belum sekalipun saya kembali ke Indonesia - dan tidak berencana kembali dalam waktu dekat. Rasanya kurang nyaman berlibur ke Indonesia dalam kondisi "belum-pasti-kapan-lulus". Jadi saya nggak nyalahkan Bang Thoyib yang kondisinya sama seperti saya, 3 puasa dan 3 lebaran belum pulang. Bisa jadi Bang Thoyib belum mau pulang juga karena beliau tidak pasti kapan lulus... Tiap periode punya tantangan tersendiri. Di akhir tahun ke-3 ini tantangan yang sudah diperkirakan sejak sebelum keberangkatan akhirnya terjadi. Beasiswa dari DIKTI berakhir sementara studi belum selesai. Ada beberapa alternatif yang bisa dijadikan solusi. Pertama memohon perpanjangan beasiswa dari DIKTI. Kedua mencoba apply beasiswa di universitas/yayasan swasta Jepang. Ketiga mengajukan beasiswa dari institusi asal. Keempat membiayai studi dengan uang pribadi. Alternatif kelima adalah lain-lain (yang belum terpikirkan saat ini). Alternatif pertama gagal. DIKTI tidak menyetujui perm

Dear 17-years-ago-Windra,

Halo Windra yang masih berusia 17 tahun... It's me, Windra who lives several years longer than your current age now. Yeah, I know. Sounds weird. I just wanted to send a letter to let you know that you've been doing good in the last several years. Kalo aku nggak salah ingat, kamu tentu baru mendapatkan surat pengumuman lulus SMA. So excited untuk bisa masuk perguruan tinggi dengan jurusan Teknik Informatika dan lagi persiapan UMPTN untuk bisa nembus Teknik Informatika ITS. Keep studying. I won't spoil whether you're going to pass UMPTN or not. Whatever the result is, just don't regret... it's the best result. Pesan pertama. Seriusi pemrograman komputer yang kamu tekuni saat ini. Terus belajar. Skill programming yang kamu miliki, kelak akan bisa bawa kamu untuk studi di negara yang bahkan nggak pernah kamu bayangkan untuk bisa studi di sana... It was really fun experience! Apalagi ketika kamu studi ditemani keluarga... (yeah, kita - atau tepatnya aku di masa

'Ohana means family (3rd year)

Gambar
'Ohana means family, family means nobody gets left behind. Or forgotten. (Lilo and Sticth, 2002) Tahun ketiga pernikahan kami dan dalam kedaulatan-Nya, Tuhan berkenan untuk menitipkan seorang anak di keluarga kami. Kami menamainya Hideaki Joshua Swastika (Hide). Saya dan istri punya tanggung jawab baru, yaitu menjaga, mendidik, dan merawat sebaik-baiknya apa yang sudah Tuhan percayakan kepada kami. Tanggung jawab yang baru ini membuat kami belajar dan mengalami banyak hal baru. Hal-hal yang sebelumnya belum pernah kami alami - atau tidak akan pernah kami alami seandainya Hideaki tidak terlahir. Kami sudah lupa bagaimana rasanya tidur 5 jam non-stop tanpa terbangun karena tangisan Hide.  Usia Hide sudah hampir 10 bulan dan masih minum ASI. Tiap 2 jam (atau kapanpun saat Hide perlu minum ASI), dia akan nangis. Saat kami tidur, tangisan Hide akan membuat kami terbangun. Istri saya segera menyusuinya (dan saya kembali tertidur).  Karena kami tinggal di Jepang, kami harus belajar

Mami di Jepang

Gambar
Kalau di TV era lama sering ada drama tentang guru SD yang mengabdi dan mengajar sampai puluhan tahun, saya kira itu nggak berlebihan (sekarang sih, sinetron yang mengangkat kisah semacam itu, mungkin kurang laku). Mami saya adalah living proof seorang ibu yang mengabdi sebagai guru SD selama lebih dari 30 tahun, sejak tahun 1970-an. Tiga puluh tahun bukan waktu yang singkat. Kalau dalam setahun akademik ada 250 hari dan setiap hari mengajar selama 6 jam, maka jam terbang mengajar mami sudah mencapai 45.000 jam! Kalo gelar doktor bisa diraih dalam 3 tahun, dalam rentang waktu 30 tahun mengajar, mami mestinya sudah punya 10 gelar doktor di bidang "guru SD"!   Anyway, mami tahun lalu sudah masuk masa pensiun karena sudah memasuki usia 60. Mami sekarang sudah bisa menikmati masa pensiun dengan tenang. Semua kerja keras yang dilakukan selama 30 tahun terakhir, terbayar sudah. Kerja keras ketika harus bangun pagi, menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya, berangkat mengajar

Happy birthday, Mrs. Swastika.

Gambar
We celebrated it in a simple way. I bought a cake, with "ママ" (mama) written on a white chocolate. Simply emphasizing that this year is the first time she celebrates her birthday as a mom. I ordered a wallet as a gift to replace her 5-year wallet. Happy birthday, Mrs. Swastika. Our 7-months old son also enjoyed the ocassion. He grabbed the cake, and ate it. Innocently. Enjoy the cake, son?

Pindah ruang lab.

Gambar
Lab kami semakin padat dengan bergabungnya beberapa mahasiswa baru. Dengan semakin banyak anggota lab, maka ruangan lab yang lama sudah tidak lagi muat sehingga sensei mengambil alih sebuah ruang kosong yg tidak terpakai, yang kemudian dijadikan lab. Kemarin saya pindah ke lab baru ini. Di lab ini hanya ada 6 orang (termasuk saya) yang masuk dalam kategori penelitian tentang citra MRI (Magnetic Resonance Imaging). Dua orang mahasiswa master tahun ke-2, seorang mahasiswa master tahun pertama, dan dua orang mahasiswa bachelor tahun ke-4. Semuanya Japanese - which is good karena akan memaksa saya berinteraksi dengan mereka dalam bahasa Jepang. Kalo di lab sebelumnya, ada 2 orang mahasiswa internasional dari China. Seorang diantaranya cukup dekat dengan saya karena satu angkatan dan mejanya selalu bersebelahan dengan saya sejak saya bergabung di lab. Kami selalu berbicara dalam bahasa Inggris (yang tentunya kurang baik kalau memang ingin meningkatkan kemampuan bahasa jepang). Now, time

Simposium di Osaka

Gambar
Osaka. Salah satu kota yang cukup terkenal di Jepang. Sebelum saya ke Jepang, saya mendengar Osaka berulang kali - entah di mana... Mungkin di pelajaran geografi, ekonomi atau membaca di koran. Minggu lalu, hari Jumat saya dan 3 orang rekan lab berangkat ke Osaka untuk menghadiri simposium ( The Fourth International Symposium on the Project "Computational Anatomy" ). Peserta simposium adalah universitas-universitas yang mendapatkan hibah dari kementerian pendidikan Jepang dan wajib menyampaikan capaian penelitian-nya. Karena lab kami termasuk salah satu penerima hibah, maka kami (atau sensei) berkewajiban mempresentasikan apa yang sudah dicapai pada tahun fiskal 2012 lalu. Kami berangkat ke Osaka hari Jumat dan kembali ke Tokyo hari Minggu. Jarak Tokyo-Osaka sekitar 510km (kurang lebih sama dengan jarak Jogja-Jakarta). Alih-alih naik pesawat, kami memilih transportasi  menggunakan shinkansen (kereta cepat). Harga tiket PP Tokyo-Osaka adalah 22rb yen (discount sebesar 20%

Conference di Okinawa

Gambar
Tanggal 24 dan 25 Januari lalu, saya ikut conference (lagi) untuk presentasi poster. Kali ini bertempat di Okinawa. Awalnya saya sedikit ogah2an ikut conference kali ini. Lah, minggu lalu baru dari Tokushima, sekarang berangkat lagi ke Okinawa. Mana harus meninggalkan keluarga 2 malam lagi... (tanggal 23 pagi berangkat dan 25 malam tiba di Tokyo). Tapi karena di Jepang menganut sensei's wish is our command, ya sudah. Saya dan seorang rekan lab berangkat menuju Okinawa. Saya baru 'ngeh' kalo Okinawa adalah tempat wisata favorit di Jepang. Seperti Bali di Indonesia, seperti Hawaii di Amerika. Ketika minggu-minggu ini di Tokyo suhunya 0 derajat, di Okinawa suhu berkisar 18-20 derajat... Gak kenal musim dingin, apalagi salju. Make sense, karena letaknya di ujung selatan Jepang, 1500 Km dari Tokyo. Lokasi conference-nya di jalan yang namanya "kokusai dori". Kokusai dori ini mirip dengan jalan Kute di Denpasar, Bali. Di kiri-kanan banyak toko2 asesoris dan selalu di

Conference di Tokushima

Gambar
Hari Sabtu dan Minggu lalu (12-13 Jan), saya ke Tokushima untuk menghadiri The 5th Japanese Society Pulmonary Functional Imaging (JSPFI). Abstrak saya dengan topik rekonstruksi otomatis 4D-MRI untuk gerakan pernafasan diterima dan akan dipresentasikan dalam sesi poster. JSPFI ini sebenarnya nggak terlalu nyambung dengan bidang saya (pengolahan citra medis). Kebanyakan sesi oral dan poster-nya ke arah medis murni - bukan engineering... Peserta conference-nya 99.9999% adalah dokter spesialis bidang pulmonary. Jadi semacam kesasar. Menghadiri local conference semacam ini, saya lebih banyak sibuk sendiri (di depan laptop) ketimbang dengerin oral session ato special lecture-nya. Level bahasa Jepang saya masih jauh untuk bisa paham research kedokteran yang dipresentasikan (yang saya duga, seandainya diadakan dalam Bahasa Indonesia-pun, saya nggak nyambung). Conference-nya diadakan di Tokushima, 600Km dari Tokyo. Perjalanan dengan pesawat dari Tokyo butuh waktu 1 jam 10 menit. Kesan perta